Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2017

Untukmu; penjelajah hati

Kita membuat tali cinta yang begitu kuat Seakan tak akan pernah putus walau terguncang Menjalin kasih hingga musim berganti Namun tak ada yang dapat kuharap Selain dari rasa sakit yang kau bubuhkan Kau racik racun luka dalam cinta Dan setelah sekian lama Kau tiba tepat di hadapanku Dengan senyuman tanpa dosa Bertanya-tanya dalam hati Bagaimana rasanya menjelajahi seluruh bidadari Lalu meneteskan racun dalam hati Aku tak ingin kau menampakkan wajah tampan bak pangeran Berhati bak persetan Sekian rasa yang hadir dalam diri ini Yang jelas bukan untukmu Wahai penjelajah hati.

Bersama-Nya atau bersamanya?

   Aku, menyayanginya dalam setiap waktu. Mencintainya dalam diam. Mengaguminya dalam terang. Meliriknya tanpa kedipan.    Aku tau, dia tak akan pernah mengerti tentang apa yang aku rasakan 'saat ini' . Bahkan, aku hanya bisa menjadi pengecut ibarat angin lalu yang melintas tepat di depannya.    Ntah, mengapa aku lebih memilih mencintainya dalam diam. Aku ingin sekali, menyatakan rasaku, mengungkapkan segala isi hatiku. Namun, sekali lagi aku ingin menjerit "aku tak bisa melakukan itu" , sangatlah tak cocok untuk dirinya yang berparas ayu, menarik, sholeha, dan pintar.    Aku dan dirinya 180° berbanding sangat jauh 'kan? Maka dari itu, aku lebih memilih mengaguminya saja. Ini tak dapat dikatakan sebuah rasa cinta, bagaimana bisa dikatakan seperti itu, dia saja tak kenal siapa diriku. Tak penting ' mungkin '.    Aku memilih tempat ini, tempat yang sangat membuatku nyaman dan tentram, tempat yang mampu menjernihkan segala fikiran, fik...

Hatiku Mati

Jangan kau seperti senja, Yang datang lalu pergi begitu saja. Jangan kau seperti matahari, Yang menyinari lalu pergi. Jauh hari aku sudah mengatakan, Hatiku sudah mati. Jadi, jangan salahkan jika aku pergi, Lebih tepatnya, hatiku yang pergi. Jangan pernah memaki, Dan membuat hatiku mati, lagi. Pertanyaannya, jika aku mati, Apa yang kau rasakan seketika itu juga?