Bersama-Nya atau bersamanya?

   Aku, menyayanginya dalam setiap waktu. Mencintainya dalam diam. Mengaguminya dalam terang. Meliriknya tanpa kedipan.
   Aku tau, dia tak akan pernah mengerti tentang apa yang aku rasakan 'saat ini'. Bahkan, aku hanya bisa menjadi pengecut ibarat angin lalu yang melintas tepat di depannya.
   Ntah, mengapa aku lebih memilih mencintainya dalam diam. Aku ingin sekali, menyatakan rasaku, mengungkapkan segala isi hatiku. Namun, sekali lagi aku ingin menjerit "aku tak bisa melakukan itu", sangatlah tak cocok untuk dirinya yang berparas ayu, menarik, sholeha, dan pintar.

   Aku dan dirinya 180° berbanding sangat jauh 'kan? Maka dari itu, aku lebih memilih mengaguminya saja. Ini tak dapat dikatakan sebuah rasa cinta, bagaimana bisa dikatakan seperti itu, dia saja tak kenal siapa diriku. Tak penting 'mungkin'.
   Aku memilih tempat ini, tempat yang sangat membuatku nyaman dan tentram, tempat yang mampu menjernihkan segala fikiran, fikiran baik ataupun tidak, ya aku sedang berada di Masjid sekarang. Aku hanya ingin mengingat-Nya, bahwa hanya Dia-lah yang dapat memberikan petunjuk bagi hamba-Nya.

   Hatiku sungguh teriris, bagai sayap yang hanya patah sebelah saja, air mataku tak mampu dibendung, dadaku pun terasa sesak, menyakitkan. Mengapa aku merasakan sakit begitu mendalam? Sahabatku menunjukkan padaku, foto seseorang yang aku cintai itu, fotonya bersama lelaki tampan nan rupawan, rupanya dia pintar. Sangat jauh dari diriku yang terlihat biasa saja.
   Ya Tuhan, biarkanlah hatiku selalu merasa tenang, akupun tak ingin rasaku mati. Ya Tuhan, Engkau-lah yang selalu melindungiku, dimanapun dan kapanpun aku berada, Engkau-lah yang membuatku yakin, bahwa aku tak akan pernah merasa sendiri, sekaligus tanpa dirinya.

   Jika saja, waktu dapat terulang kembali, aku ingin sekali mengutarakan pada dirinya, 'bahwa aku mencintainya dalam diam'.
   Namun, aku tak begitu menyesalinya. Aku, lebih memilih bersama-Mu, ketimbang bersamanya. Ya, wanita yang tak pernah menyadari kehadiranku. Bahkan, Tuhanpun selalu berada dekat denganku. Tanpa-Nya, aku bukanlah apa-apa.
 
    Aku percaya, nanti, akan dikirimkan jodoh yang baik untukku dari-Nya. Jatuh cinta, lelaki menyukai perempuan, perempuan juga menyukai pemuda tersebut. Itu hal yang lumrah. Jatuh cinta tidaklah dilarang, jika kita dapat mengendalikan perbuatan kita agar tak menjurus pada hal-hal yang berbau maksiat.
 
   Tetaplah mengingat waktu, keadaan, dan mengingat-Nya. Terkadang, jika sudah jatuh cinta, kita merasa tak ingin jauh darinya, ingin selalu berdekatan, berdua, bersama. Tak mengingat waktu saat bersama, mau pagi, siang, sore, atau bahkan malam. Na'udzubillah. Tak mengingat keadaan sekitar, mau ramai ataupun sepi, hingga memunculkan perasaan ingin sangat mendekati dan tak terasa bahwa ada syaitan yang mendekati. Tak mengingat-Nya, wah, ini sangatlah berbahaya sekali. Jika kita tak mengingat-Nya saat berada dengan seseorang yang kita sukai, kita sendiri dapat menciptakan perbuatan yang tidak-tidak nantinya. Lalu, ada seseorang yang memergoki kalian sedang melakukan hal yang tak pantas tersebut? Apa yang akan terjadi? Sudah dapat membayangkan 'kan? Astaghfirullah... Semoga saja, itu tak akan terjadi padaku, kelak.

   Sesungguhnya, tak ada yang lebih baik dibandingkan saat bersama-Nya. Namun, kita juga dapat memilih pasangan hidup yang baik untuk kita. Saat bersamanya memang sangat bahagia, tetapi bersama-Nya, Allah, kan jauh lebih sempurna. Subhanallah...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RESENSI NOVEL SHAIDAN - RADEXN (HANA MARGARETHA)

Ketika Cintamu